Salah Asuhan
1.Menentukan sifat tokoh
2.Mendata alur
3.Menentukan karakter,etika,dan adat istiadat di novel 20-an
4.Mengaitkan peristiwa dari novel angkatan 20-an dan kehidupan siswa sekarang
5.Membandingkan karakteristik novel angkatan 20-an dan yang mutakhir
Sinopsis:
Hanafi, laki-laki muda asli Minangkabau, berpendidikan tinggi dan
berpandangan kebarat-baratan. Bahkan ia cenderung memandang rendah
bangsanya sendiri. Dari kecil Hanafi berteman dengan Corrie du Bussee,
gadis Indo-Belanda yang amat cantik parasnya. Karena selalu bersama-sama
mereka pun saling mencintai. Tapi cinta mereka tidak dapat disatukan
karena perbadaan bangsa. Jika orang Bumiputera menikah dengan keturunan
Belanda maka mereka akan dijauhi oleh para sahabatnya dan orang lain.
Untuk itu Corrie pun meninggalkan Minangkabau dan pergi ke Betawi.
Perpindahan itu sengaja ia lakukan untuk menghindar dari Hanafi dan
sekaligus untuk meneruskan sekolahnya.
Akhirnya ibu Hanafi ingin menikahkan Hanafi dengan Rapiah. Rapiah adalah
sepupu Hanafi, gadis Minangkabau sederhana yang berperangai halus, taat
pada tradisi dan adatnya. Ibu Hanafi ingin menikahkan Hanafi dengan
Rapiah yaitu untuk membalas budi pada ayah Rapiah yang telah membantu
membiayai sekolah Hanafi. Awalnya Hanafi tidak mau karena cintanya hanya
untuk Corrie saja. Tapi dengan bujukan ibunya walaupun terpaksa ia
menikah juga dengan Rapiah. Karena Hanafi tidak mencintai Rapiah, di
rumah Rapiah hanya diperlakukan seperti babu, mungkin Hanafi menganggap
bahwa Rapiah itu seperti tidak ada apabila banyak temannya orang Belanda
yang datang ke rumahnya. Hanafi dan Rapiah dikarunia seorang anak
laki-laki yaitu Syafei.
Suatu hari Hanafi digigit anjing gila, maka dia harus berobat ke Betawi
agar sembuh. Di Betawi Hanafi dipertemukan kembali dengan Corrie.
Disana, Hanafi menikah dengan Corrie dan mengirim surat pada ibunya
bahwa dia menceraikan Rapiah. Ibu Hanafi dan Rapiah pun sangat sedih
tetapi walaupun Hanafi seperti itu Rapiah tetap sabar dan tetap tinggal
dengan Ibu Hanafi. Perkawinannya dengan Corrie ternyata tidak bahagia,
sampai-sampai Corrie dituduh suka melayani laki-laki lain oleh Hanafi.
Akhirnya Corrie pun sakit hati dan pergi dari rumah menuju Semarang.
Corrie sakit Kholera dan meninggal dunia. Hanafi sangat menyesal telah
menyakiti hati Corrie dan sangat sedih atas kematian Corrie. Hanafi pun
pulang kembali ke kampung halamannya dan menemui ibunya,Hanafi
berkunjung ke pasar malam dan disana Hanafi bertemu dengan istri dan
anaknya yaitu Rapiah dan Syafei.Hanafi pun meminta maaf kepada istri dan
anaknya karena telah meninggalkan mereka.Hanafi langsung ingin kembali
lagi kepada istri dan juga anaknya tetapi Rapiah tidak mau.Seakan-akan
hidupnya sudah tidak ada artinya lagi. Hanafi sakit, kata dokter ia
minum sublimat (racun) untuk mengakiri hidupnya,dan akhirnya dia
meninggal dunia.Sebelum meninggal ia berpesan kepada anaknya Syafei agar
tidak meniru perbuatan ayahnya itu.
1.Menentukan sifat tokoh
1) Hanafi, wataknya keras kepala, kasar
a. keras kapala
“Memang….kasihan! Ah ibuku…aku pengecut tapi hidupku kosong…habis cita-cita baik…enyah!.” (Halaman 259, paragraf 8)
b. kasar
“ Hai Buyung! Antarkan anak itu dahulu kebelakang!” kata Hanafi dengan suara bengis dari jauh.” (halaman 80, paragraf 2)
2) Corrie, wataknya baik, mudah bergaul
a.baik
“O, sigaret tante boleh habiskan satu dos. Sudah tentu enak, ayoh coba!” (halaman 164, paragraf 8)
b. mudah bergaul
“Oh, ruangan di jantung tuan Hanafi amat luas,” kata Corrie sambil
tertawa, “buat dua tuga orang perempuan saja masih berlapang-lapang.”
(halaman 7, paragraf 2)
3) Rapiah, wataknya sabar, baik
a. sabar
“Rapiah tunduk, tidak menyahut, airmatanya saja berhamburan. Syafei,
dalam dukungan ibunya yang tadinya menangis keras, lalu mengganti
tangisnya dengan beriba-iba. Seakan-akan tahulah anak kecil itu, bahwa
ibunya yang tdak berdaya, sedang menempuh azab dunia dan menanggung aib
di muka-muka orang.” (halaman 83, paragraf 4)
b. baik
“Apakah ayahmu orang baik? Uah sungguh-sungguh orang baik. Kata ibuku
tidak adalah orang yang sebaik ayahku itu.” (halaman 238, paragraf 5)
4) Ibu Hanafi, wataknya sabar dan baik
a. sabar
“Astagfirullah, Hanafi! Turutilah ibumu mengucap menyebut nama Allah
bagimu dan tidak akan bertutur lagi dengan sejauh itu tersesatnya”
(halaman 85, paragraf 4)
b. baik
“Sekarang sudah setengah tujuh, sudah jauh terlampau waktu berbuka,
Piah! Sebaik-baiknya hendaklah engkau pergi makan dahulu.” (halaman 119,
paragraf 4)
5) Tuan Du Busse, wataknya tegas
“Tapi Corrie mesti bersekolah yang sepatut-patutnya” (halaman 10, paragraf 5)
6) Si Buyung, wataknya penurut
“Kau kugaji buat kesenanganku dan bukan buat bermalas-malas. Hamba
disuruh kejalan.Diam! Bawa anak itu ke belakang. Angkat teh ke dapurl
alu menceritakan apa yang diperintahkan kepadanya. Oleh karena gula
habis’ terpaksalah ia disuruh ke toko yang tidak berapa jauh letaknya
dari rumah.” (halaman 80, paragraf 2)
7) Syafei, wataknya berani
“Itulah yang kusukai, bu. Sekian musuh nanti kusembelih dengan pedangku.” (halaman 196, paragraf 8)
2.Mendata alur
Alur yang digunakan dalam novel Salah Asuhan adalah alur maju karna pengarang menceritakan kisahnya kemasa selanjutnya.
a.Pengenalan konflik
Akhirnya ibu Hanafi ingin menikahkan Hanafi dengan Rapiah. Rapiah adalah
sepupu Hanafi, gadis Minangkabau sederhana yang berperangai halus, taat
pada tradisi dan adatnya.
b.Konflik mulai muncul
Ibu Hanafi ingin menikahkan Hanafi dengan Rapiah yaitu untuk membalas
budi pada ayah Rapiah yang telah membantu membiayai sekolah Hanafi.
Awalnya Hanafi tidak mau karena cintanya hanya untuk Corrie saja. Tapi
dengan bujukan ibunya walaupun terpaksa ia menikah juga dengan Rapiah.
c.Konflik mulai naik
Di Betawi Hanafi dipertemukan kembali dengan Corrie. Disana, Hanafi
menikah dengan Corrie dan mengirim surat pada ibunya bahwa dia
menceraikan Rapiah. Ibu Hanafi dan Rapiah pun sangat sedih tetapi
walaupun Hanafi seperti itu Rapiah tetap sabar dan tetap tinggal dengan
Ibu Hanafi. Perkawinannya dengan Corrie ternyata tidak bahagia,
sampai-sampai Corrie dituduh suka melayani laki-laki lain oleh
Hanafi.Akhirnya Corrie pun sakit hati dan pergi dari rumah menuju
Semarang.Corrie sakit Kholera dan meninggal dunia.
d.Konflik menurun
Hanafi pun pulang kembali ke kampung halamannya dan menemui
ibunya,Hanafi berkunjung ke pasar malam dan disana Hanafi bertemu dengan
istri dan anaknya yaitu Rapiah dan Syafei.Hanafi pun meminta maaf
kepada istri dan anaknya karena telah meninggalkan mereka.Hanafi
langsung ingin kembali lagi kepada istri dan juga anaknya tetapi Rapiah
tidak mau
e.Penyelesaian
Hanafi sakit, kata dokter ia minum sublimat (racun) untuk mengakiri
hidupnya,dan akhirnya dia meninggal dunia.Sebelum meninggal ia berpesan
kepada anaknya Syafei agar tidak meniru perbuatan ayahnya itu.
3.Menentukan karakter,etika,dan adat istiadat di novel 20-an
-Karakter novel Salah Asuhan adalah pelaku utama meninggal dan bahasanya rumit
-Etika dari novel ini adalah gaya berbahasanya masih menggunkan bahasa
Indonesia jaman dahulu sehingga masih mematuhi apa yang dibuat oleh adat
istiadat setempat
-Adat istiadat dalam novel ini adalah masih terikat dengan yang namanya kawin paksa , ekonomi keluarga,dan balas budi
4.Mengaitkan peristiwa dari novel angkatan 20-an dan kehidupan siswa sekarang
Jika kita lihat dari segi adat dan istiadat pada jaman dahulu masih
banyak yang menggunakan kawin paksa dikarenakan untuk berbalas
budi,padahal kalau pada jaman sekarang kita berhak menentukan pasangan
kita.
5.Membandingkan karakteristik novel angkatan 20-an dan yang mutakhir
Analisis Unsur Intrinsik
1. Tema
Adapun tema yang terkandung dalam novel Salah Asuhan adalah perbedaan adat istiadat.
2. Alur
Alur yang digunakan dalam novel Salah Asuhan adalah alur maju karna pengarang menceritakan kisahnya kemasa selanjutnya.
3. Pusat Pengisahan/Sudut Pandang
Dalam novel Salah Asuhan, pengarang bertindak sebagai orang ketiga yaitu menceritakan kehidupan tokoh-tokoh pada novel.
4. Latar/setting
Latar atau tempat terjadinya yaitu :
1) Lapangan tennis.
“Tempat bermain tennis, yang dilindungi oleh pohon-pohon kelepa disekitarnya, masih sunyi” (hal.1, paragraf 1)
2) Minangkabau
“Sesungguhnya ibunya orang kampung, dan selamanya tinggal di kampung
saja, tapi sebabkasihan kepada anak, ditinggalkannyalah rumah gedang di
Koto Anau, dan tinggallah ia bersma-sama dengan Hanafi di Solok.”
(halaman 23, paragraf 3)
“Maka tiadalah ia segan-segan mengeluarkan uang buat mengisi rumah
sewaan di Solok itu secara yang dikehendaki oleh anaknya.” (halaman 23,
paragraf 4)
3) Betawi
“Dari kecil Hanafi sudah di sekolahkan di Betawi”(hal.23, paragraph 1)
“Sekarang kita ambil jalan Gunung Sari, Jembatan Merah Jakarta, Corrie!” (halaman 103, Paragraf 2)
4) Semarang
“Pada keesokan harinya Hanafi sudah dating pula ke rumah tumpangan itu,
dan bukan buatan sedih hatinya, demikian mendengar bahwa Corrie sudah
berangkat. Seketika itu ia berkata hendak menurutkan ke Semarang.”
(halaman 186, paragraf 8)
5) Surabaya
“Di Surabaya mereka menumpang semalam di suatu pension kecil,mengaku nama Tuan dan Nona Han.” (halaman 144, paragraf 1)
5. Tokoh
1) Hanafi, wataknya keras kepala, kasar
a) keras kapala
“Memang….kasihan! Ah ibuku…aku pengecut tapi hidupku kosong…habis cita-cita baik…enyah!.” Halaman 259, paragraf 8)
b) kasar
“ Hai Buyung! Antarkan anak itu dahulu kebelakang!” kata Hanafi dengan suara bengis dari jauh.” (halaman 80, paragraf 2)
2) Corrie, wataknya baik, mudah bergaul
a) baik
“O, sigaret tante boleh habiskan satu dos. Sudah tentu enak, ayoh coba!” (halaman 164, paragraf 8)
b) mudah bergaul
“Oh, ruangan di jantung tuan Hanafi amat luas,” kata Corrie sambil
tertawa, “buat dua tuga orang perempuan saja masih berlapang-lapang.”
(halaman 7, paragraf 2)
3) Rapiah, wataknya sabar, baik
a) sabar
“Rapiah tunduk, tidak menyahut, airmatanya saja berhamburan. Syafei,
dalam dukungan ibunya yang tadinya menangis keras, lalu mengganti
tangisnya dengan beriba-iba. Seakan-akan tahulah anak kecil itu, bahwa
ibunya yang tdak berdaya, sedang menempuh azab dunia dan menanggung aib
di muka-muka orang.” (halaman 83, paragraf 4)
b) baik
“Apakah ayahmu orang baik? Uah sungguh-sungguh orang baik. Kata ibuku
tidak adalah orang yang sebaik ayahku itu.” (halaman 238, paragraf 5)
4) Ibu Hanafi, wataknya sabar dan baik
a) sabar
“Astagfirullah, Hanafi! Turutilah ibumu mengucap menyebut nama Allah
bagimu dan tidak akan bertutur lagi dengan sejauh itu tersesatnya”
(halaman 85, paragraf 4)
b) baik
“Sekarang sudah setengah tujuh, sudah jauh terlampau waktu berbuka,
Piah! Sebaik-baiknya hendaklah engkau pergi makan dahulu.” (halaman 119,
paragraf 4)
5) Tuan Du Busse, wataknya tegas
“Tapi Corrie mesti bersekolah yang sepatut-patutnya” (halaman 10, paragraf 5)
6) Si Buyung, wataknya penurut
“Kau kugaji buat kesenanganku dan bukan buat bermalas-malas. Hamba
disuruh kejalan.Diam! Bawa anak itu ke belakang. Angkat teh ke dapurl
alu menceritakan apa yang diperintahkan kepadanya. Oleh karena gula
habis’ terpaksalah ia disuruh ke toko yang tidak berapa jauh letaknya
dari rumah.” (halaman 80, paragraf 2)
7) Syafei, wataknya berani
“Itulah yang kusukai, bu. Sekian musuh nanti kusembelih dengan pedangku.” (halaman 196, paragraf 8)
6. Gaya Bahasa
Gaya bahasa yang digunakan dalan novel Salah Asuhan ini cukup sulit
untuk diartikan. Karna novel ini adalah novel lama dan dilamnya juga
terdapat bahasa Belanda. Pada novel ini juga terdapat :
a) Peribahasa
“saat ini, air mukamu jerni, keningmu licin, bolehkah ibu menuturkan
niatku itu, supaya tidak menjadi duri dalam daging” (halaman 25,
paragraf 3)
b) Majas perbandingan (perumpamaan)
“Sesungguhnya tiadalah berdusta apabila ia berkata sakit kepala, karna
sebenarnyalah kepalanya bagai dipalu” (halaman 47, paragraf 2)
7. Amanat
Adapun amanat yang terkandung dalam novel Salah Asuhan adalah :
1) Janganlah melupakan adat istiadat negeri sendiri, jikalau ada adat
istiadat dari bangsa lain, boleh saja kita menerima tapi harus pandai
memilih, yaitu pilihlah adat yang layak dan baik kita terima di negeri
kita.
2) Jangan memaksakan suatu pernikahan yang tidak pernah diinginkan oleh
pengantin tersebut, karena akhirnya akan saling menyiksa keduanya.
8. Diksi
Pemilihan kata pada novel Salah Asuhan ini cukup sulit untuk dimengerti karena banyak terdapat bahasa Belanda.
Analisis Unsur Ekstrinsik
1. Latar belakang penciptaan karya sastra
Berasal dari luar diri pengarang, karena pada novel ini pengarang hanya sebagai sudut pandang orang ketiga.
2. Sejarah dan latar belakang pengarang
Abdoel Moeis (lahir di Sungai Puar, Bukittinggi, Sumatera Barat, 3 Juli
1883 – wafat di Bandung, Jawa Barat, 17 Juni 1959 pada umur 75 tahun)
adalah seorang sastrawan dan wartawan Indonesia. Pendidikan terakhirnya
adalah di Stovia (sekolah kedokteran, sekarang Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia), Jakarta akan tetapi tidak tamat. Ia juga pernah
menjadi anggota Volksraad yang didirikan pada tahun 1916 oleh pemerintah
penjajahan Belanda.
3. Kondisi masyarakat saat karya sastra diciptakan.
Pengarang menciptakan novel ini karena berdasarkan kehidupan sosial
masyarakat pada masa itu yang menceritakan seseorang yang melupakan adat
istiadatnya.
Relevansi dengan zaman sekarang.
Dalam novel Salah Asuhan ini, banyak menceritakan tentang kedurhakaan
seorang anak pada ibunya. Yang mana pada zaman sekarang ini juga banyak
anak yang durhaka pada ibunya. Bahkan sampai-sampai anak tersebut
disumpahi oleh ibunya. Disini juga dijelaskan bahwa adanya orang yang
melupakan adat istiadatnya sendiri. Sebagaimana kita tahu bahwa remaja
saat ini juga bersikap demikian.
Sinopsis Cerita "Salah Asuhan" Angkatan 20-an
00.20 |
Diposting oleh
Unknown
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
2 komentar:
Terimakasih sangat membantu
Posting Komentar